Monday, August 27, 2012

Newsflash From St. Albans

So.
In variety to my usual Linkin Park ramblings, I'd like to introduce you to one of my other favorite bands to listen to.

Enter Shikari.

Who are Enter Shikari and why are they here on my blog?
I'm not Wikipedia, so I won't be quoting their full profile here. I'm writing solely as a fan, and this post isn't just going to be a copy-paste piece just to fill the pages. Naah.

It all started in a dull evening of March 2012. As usual, I was browsing through the internet, and during that moment I (and my internet modem, apparently) was (were) in a good mood to surf YT for some music videos. Beginning with some channels I was already familiar with, I glanced at the "Featured Videos" section at the right side of the screen, and decided to give those videos some tries.

And there it was. Enter Shikari - Arguing With Thermometers.

Been a fan of "rock music" as I were, the name Enter Shikari sounds kinda familiar. They have been featured in a magazine I like to read for quite some time. Kerrang. If you knew. This K! mag usually features variety of bands that I'm fond of; the kinds of Linkin Park, My Chem Romance, Rise Against, Papa Roach, Sum 41, Avenged Sevenfold -- Goddammit! It feels like I finally found a company. Someone who actually likes THESE bands. Someone who has interest with the EXACT PACK of BANDS that I'm into.

So, seeing the name of the bands that my buddy (K! magazine) recommended just a click away, I gave it a try.

Who knows it would make such a difference.

Arguing With Thermometers.

Two words. Holy. S__t. Just... wow?
Maybe you guys just don't get how I can get so speechless, so appalled over a silly music video like this. But how can't you??
I gotta admit, the word "silly" might describe some aspects in the video pretty well.
See, the vocalist [Rou] dressed as a news reporter -- and later on known as Phillis McCleavland, another persona, in the fanbase (he even has a twitter account!) -- while the bassist [C. Batten] and the guitarist [Rory C] took the role as cameramen. And the drummer? [Rob Rolfe] Weather man. With drums. Gosh, I actually laughed. No, no particular reason as the video was too hilarious to be real, or it sucked so bad, no.

The video starts with a newsflash banner, like, real TV news. During this I wondered how the music would be like... Then, all of a sudden, heavy guitar riff with a thunderous drum beats commence! Followed by Rou's post-hardcore style scream for "THIS IS AN EXPEDITION-" with a generic newsreader straight expression, I dropped my jaws. For a moment, I thought the whole song's gonna be all screamo, but my expectation went wrong.

After the verse scream, the guitar riff slowed down, and replaced by smoother vocal lines (no scream) full of ambiguous critical lyrics with the touch of fast groovy beats. I don't know exactly to describe the atmosphere, I'm not a music critic, but that part sounds very tempting to dance to, to jump around to, to headbang to. Until the lyric "Shackleton is rolling is his grave" stops.

Nonetheless, the sound variety doesn't stop there. The guitar tempo and the drums started to increase rapidly, joining the semi-rap fast-tempered politically aware vocal lines that creates the chaotic atmosphere in your headphones. It feels like Rou was exitting the studio, and suddenly reporting news in an anarchic situation. And don't forget the touch of electronica that continues until the next part where the instruments rest and let the cymbal plays flow.

Followed by sounds-like "boop boop boop" dubstep-ey touch, half-screamed exclamation of "Yeah!" which rate and pressure keeps increasing to a full scream point "you know there's oil in the- ICEEE!". The atmosphere gets chaotic again by the time the bass gets heavy, but Enter Shikari just don't stop. The last three "boop"s opens the gate to the electronica dominance to accompany the lyric "that's a maniac standpoint!" and "psychotic outlook" very fittingly.

The rapid guitar tempo and drum beats repeats again (from the second verse and pre-reff), groovy beats followed by chaotic feels all over again, with a burning, increasing tension just before a line of guitar riffs start rebellious bridge of several "WE'LL TAKE YOU DOWN"s. And a "STAND YOUR GROUND" in which part most instrument paused, just series of guitar lines.

Then the video changed setting. Phillis throwing the papers in the studio, while the full scream point of "You know there's oil in the ICEEEE" echoes in your headphones. Studio gets chaotic. Again. "Yeah! We're all addicted!". Again.

After the nervous wrecking synthesizer plays and serious "boop"s accompanying another "psychotic outlook!", the ear roller-coaster rainbow came to an end by conservative use of guitar and bass and drums played in slow tempo. The lyric "Dig deep." closed the curtain.


So kids, that's how I met the love of my music life. Again. At that moment I fell in love with Enter Shikari. Their music, I mean. I gotta say, after been quite a while, I finally found a band with a new, fresh sound I'm fond of. "Arguing With Thermometers" is just full of variety in its sounds, and the video's pretty brilliant too!

If you ask, my favorite part of the video is when the four of them walked along on the street screaming "We'll take you down!". Oh, and when they make upside-down triangles with their both hands' forefingers and middle fingers, smiling. Oh, and when Rob points the weather forecast background with the drumsticks, and when he slides down his glasses with a "WTF?" expression looking at Phillis going all raging, throwing papers in the studio. MAN! Basically I love all the moments I spend watching this music video.

I'm definitely updating my Top 10 music videos and gonna put this one on #1. Ha.

--

So, what's with the title? In case you're too lazy to Google up, Enter Shikari is a band from St. Albans, UK.


Cheers to Lions!
T.

Tuesday, August 21, 2012

It's 1.50 AM and...

...I'm not asleep yet. Yep, as always. No- no- not "always", but generally, yeah...

Kebiasaan banget jadwal biologisku "tidur - gak tidur". Pengennya gak tidur, tapi ngantuk, tapi kalau udah sampai tempat tidur, malah melek, gak bisa tidur.

Jadi, disinilah aku, ditemani secangkir jus apel (karena kopi terlalu mainstream) dan In Waves-nya Trivium (yang sebentar lagi akan tergantikan lagu lain di playlist), mengetik sebuah posting untuk blog yang sudah lama terbengkalai ini.

Masalah sekarang, apa yang harus aku isi untuk postingan ini? No- no- do not tell me. I will just let the words flow! I'm going to post about... Yesterday. About my cwappy doubt and hesitation.

It's Eid. It's about Eid Fitr. Idul Fitri. Lebaran, begitu sebutannya di sini. Momen-momen "fitrah", "kemenangan", begitu kata orang -- kata iklan juga, tapi sejujurnya selama 17 tahun hidupku ini aku tidak pernah merasa benar-benar "bersih", benar-benar "fitrah". Dulu waktu kecil (gak kecil-kecil amat sih) aku selalu tersugesti dengan pemikiran bahwa di hari Idul Fitri, dosa-dosamu akan dihapus dan kamu menjadi suci kembali seperti bayi - nah, dari sini aku mulai ngerti maksud dari konsep "hari kemenangan" itu. Tapi berangsur-angsur beranjak gede, aku mendapatkan pemikiran lagi kalau kemenangan itu cuma bisa didapat dengan ibadah selama bulan Ramadhan itu sempurna -- sholat gak bolong-bolong, puasa penuh sebulan (dan gak cuma nahan lapar-haus, nafsu juga. tapi walau begitu kayaknya juga masih banyak yang gak ngerti konsep sebenarnya dari puasa itu bagaimana -___-). Dengan pemikiran kayak gitu, dimulailah bulan-bulan Ramadhanku yang (berusaha) disempurnakan shalatnya, dan puasa gak bolong-bolong...

Tapi emang dasarnya bandel, udah selesai momen lebaran mulai lagi lalainya. Aku ingat, tahun ini aku (beneran) mengingat momen-momen pasca lebaran pada tahun-tahun sebelumnya -- dan Subhanallah, despite all the mistakes that I have done in the past afterlebaran, Allah still gave me the chance to meet this year's Ramadhan. No- no- sebelumnya, aku sama sekali gak ada koneksi dengan kumpulan anak-anak rohis (anggap aja istilahnya begitu), tapi tahun ini, berkat adanya twitter dan lingkup pertemanan yang lebih luas, aku bisa memantau dari tweet mereka betapa pentingnya bulan Ramadhan ini, mengapa sangat istimewa, dan beberapa hal mengenai Islam yang sebelumnya gak kuketahui. Semisalnya tentang kritik doa berbuka puasa yang sering ditampilkan di TV (bukan sering, malah SEMUA saluran) -- yang "Allahuma lakasumtu-" itu (ini tautannya kalau mau lihat)...

Pertama kali aku tahu tentang doa buka puasa yang benar itu adalah dari pesantren kilat di sekolah. Sewaktu itu aku masih berpatok pada doa yang "allahuma lakasumtu-" itu, lalu pada kesempatan itu sang penceramah (pak guru sih) bertanya kepada peserta pesantren siapa yang tahu doa buka puasa. Lah aku mikirnya sih "siapa yang gak tahu?", lalu banyak yang mengangkat tangannya. Kemudian beliau menunjuk seorang temanku (yang namanya Khansa, anak FKPM, notabene), ia maju dan membacakan doa yang... waktu itu aku gak tahu (I was all "huh?!"). Sepertinya mayoritas anak-anak juga gak tahu, karena terdengar bisik-bisik gelisah (apa sih), dan sang guru pun berujar, "Yak, benar!". And the crowd goes shocked. Kata beliau sih selama mengajar baru kali ini ada yang jawab doa yang sahih. Lalu sejak saat itu aku mulai menghafalkan doa yang sahih tsb, tapi...

Pertanyaan itu masih saja terganjal di benak.

"KOK BEDA SIH sama yang di TV?" - dan pertanyaan yang (menurutku) lebih bagus lagi - "Kenapa yang ditampilkan di setiap saluran televisi selalu doa allahuma lakasumtu- yang gak sahih gitu?" and I mean SEMUA saluran TV. Don't you think so, too? Apa ini semacam konspirasi atau memang sebuah permainan yang diciptakan oleh Departemen Agama Islam supaya kita semua tidak malas untuk mencari tahu kesahihan suatu kalam Allah? Seriously, WHY?

I've been thinking of this for quite a while. Pertanyaan "kenapa berbeda?" itu kemudian merembet lagi ke "bagaimana kalau ternyata pendapat berbeda itu gak berlaku cuma buat doa buka puasa?", ke "jadi pendapat mana yang harus diikuti?", ke "apa aku udah melakukan ibadah lain sesuai ketentuan yang benar?", ke "gimana dengan puasa-puasa sebelumnya ketika aku masih membaca doa berbuka yang gak sahih itu?"... dsb. Maka bahkan selama ini pun aku berbuka puasa membaca KEDUA doa tersebut -- yang dibilang sahih dan yang dibilang gak sahih itu -- karena takut salah :/

Lalu Ramadhan tahun ini pun aku lewati dengan (masih) bertanya-tanya tentang hal yang... ekstrim. Paling ekstrim adalah "What if I'm living a lie after all?". Nah, y'know, selama bulan Ramadhan itu pasti banyak yang ngadain ceramah kan? Aku cuma menghadiri sedikit ceramah (6 materi selama pesantren kilat di sekolah) dan membaca kultwit ustadz di twitter dan alih-alih menjadi tercerahkan, pertanyaan-pertanyaan malah menghujani kepercayaanku. Entah ini tipu muslihat iblis atau bukan (karena seharusnya mereka terbelenggu selama bulan yang suci ini kan?), atau memang pemikiranku ini sudah teracuni filosofi yang kelewat kritis. Aku hanya berharap apapun yang terjadi, semoga saja mata batinku masih mampu menerima hidayah-Nya dan pintu tobat masih dibukakan untukku sebelum ajal tiba...

Sempat terbesit di benakku suatu ide, suatu pemikiran.. Bisakah aku meninggalkan dunia ini sejenak, menemui Allah, bertanya kepada-Nya tentang semua ibadah yang wajib kulakukan untuk pantas menjadi penghuni surga-Nya, bagaimana ibadah yang sesuai syariat itu, agar tidak lalai, dll, lalu kembali lagi ke dunia ini untuk menjalankan perintah-Nya sebagaimana mestinya? Ah, tentu saja tidak... Tidak akan adil bagi orang lain. *menghela nafas*

Kemudian batinku menampik diriku sendiri.. (Aku berbicara dengan diriku sendiri, yap.)
"Bukankah itu inti dari kehidupan? Mencari tahu kebenaran?"
"Aaah iya, itu sangat filosofis..."
"Hidup memang penuh misteri. Kamu hanya perlu menguak misteri itu."
"Apa jalan hidupku sudah benar? Atau apa aku hidup dalam kebohongan semata? Bagaimana kalau semua ini hanya mimpi?"
"Bukankah kamu sudah menemukan jalan yang benar itu? Jalanilah jalan kebenaran itu, bekali dirimu agar siap menjalani kehidupan yang kekal dan indah nanti."
....
Sebuah pertanyaan ekstrim muncul lagi. See, we all know Heaven as a place where we will live forever, where we will get whatever we want.. right? I then asked myself this: "Lalu? Apa yang akan kita lakukan setelah kita masuk Surga? Apa seru hidup di Surga nanti, tanpa ketidakpastian yang selalu menemani hari-hari kita? Tanpa misteri yang harus dipecahkan?"
Seriously. I don't even have the right I deserve to ask that -- even to myself. Sombong banget kan kesannya, belum pantes juga masuk Surga malah udah nanya-nanya begitu? Tapi beneran deh, aku gak bisa menepis pertanyaan itu. Beneran pengen tahu, kehidupan di Surga nanti gimana..  It's beyond human logic, they say, tapi aku selalu menganalogikan kehidupan di Surga sebagai hidup yang serba berkecukupan, serba ada, tanpa hal-hal seru, tanpa cobaan, tanpa pemikiran-pemikiran dan pendapat berbeda dan berwarna (karena bukankah menurut agama orang-orang kafir tidak akan masuk Surga?)... Dan selamanya. Kehidupan seperti itu akan kekal. Bukankah agak... membosankan?

Aku tahu pasti aku gak bakal sanggup, gak bakal tahan masuk neraka (na'udzubillahi min dzalik). Nancepin jarum ke kulit aja rasanya sakit, kena air mendidih aja udah lompat-lompat gak karuan, kegores ujung kunci aja udah luka... That kind of eternal life would suck as well, eh? I can see now why the atheists are so confident about living their life without worrying about the afterlife... OH GOD what did I say?? I agreed with them?? No- NO. Shut up!! Quiet. Diam. Aku perlu udara. Aku perlu pencerahan. Aku perlu berbicara dengan seorang psikolog tentang ini! Aku perlu dia meyakinkanku bahwa aku tidak memiliki gangguan bipolar! *tarik nafas panjang*

And talk about afterlife. Barusan aku berpikir, kalau orang kafir tidak akan pernah masuk Surga, berarti... Bagaimana dengan para musisi yang telah menyelamatkan hidupku?? [Tidak perlulah kusebut kan :'/ it hurts to think about it]
Mereka begitu menginspirasi, banyak membantu orang-orang melalui proyek mereka, menyelamatkan hidup melalui musik mereka, berdiri tegak menyampaikan pendapat mereka dan melindungi kaum-kaum minoritas, menghentikan tindak bullying, dan lain sebagainya, tapi mereka tidak pantas untuk mendapatkan Surga? :' ah, sangat disayangkan.. Aku sangat depresi memikirkan hal ini karena.. mereka begitu berarti bagiku, dan mereka akan berakhir terbakar begitu saja? Tapi apa yang bisa kulakukan? Jangankan mengajak mereka memeluk Islam, bertemu secara pribadi saja akan sangat sulit... Dan kalaupun punya kesempatan mengajak, mereka tidak akan langsung begitu saja menerimanya kan? ;~;

Begitu banyak pertanyaan yang menyerang, dan yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menjalani ajaran ini tanpa terlalu banyak berpikir mengenai ketidakpastian... Just doing what I can, because after all, what you don't know won't kill you.

I will pray, pray for the best for me, for my family, for my brain to stop being such a depressing jerk, for my fellow muslims around the world, for those who had saved my life although they don't even recognize my existence, and for my heart to be able to see what my human logic had been seeking..

..But seriously, I still need a psychologist to check if there's actually something wrong with my mental.  



T.