Thursday, December 4, 2014

Aku Memutuskan untuk Mulai Menulis Lagi.

Halo.

Namaku Taffy dan aku seorang mahasiswa. Aku tidak akan menyebut di universitas mana aku sekarang mengemban ilmu, yang jelas dulu aku sudah lama mendambakannya dan akhirnya disinilah aku berada. Nasib memang indah. Terkadang aku sering bermain-main dengannya, menerka-nerka ke arah mana ia akan membawaku. Semoga saja kemanapun ia menarikku aku akan bertahan.

That's right, I'm a survivor.

Bukan. Penyintas bukan kata yang tepat untuk menggambarkanku. Aku lebih memilih menyebut diriku.... beruntung. Yep. Lucky. Selama ini aku selalu mendapatkan apa yang aku mau. Well, sejujurnya mungkin aku lebih condong nrimo atau menerima apapun yang nasib hadapkan kepadaku. Sering kali I'm okay with that. Mungkin ketika suatu saat aku menginginkan kue tart dengan coklat asli belgia dan ternyata aku hanya mampu mendapatkan roti maryam salman, aku tidak akan membantah. Mungkin saat itu aku tidak berjodoh dengan kue tart coklat belgia.

Sampai di mana tadi? Kue tart? Bukan. Lucky.

Aku jadi ingat komik Lucky Luke yang dulu sering ayahku beli. Itu, ceritanya adalah mengenai koboi di bagian barat Amerika pada jaman dulu yang mampu menembak lebih cepat dari bayangannya. Jangan tanya padaku, aku juga tidak tahu bagaimana secara logika itu dapat dilakukan. Dia bukan protagonis yang serba benar bak dewa, tapi yang dia lakukan selalu berakhir dengan baik (kurasa itu juga tipikal). Tetapi aku selalu menggemari caranya mengomentari situasi yang ia hadapi dengan kocak. Perjalanan nomadennya ditemani oleh seekor kuda bernama Jolly Jumper yang juga tidak kalah yahud komentarnya. Ia bahkan bisa memasak kacang merah kalengan dengan baik dan membeli sepatu untuk dirinya sendiri. Basically, a reliable mate. 

Speaking of mate, aku jadi ingat Enter Shikari. In case you don't know, Enter Shikari itu band asal St. Albans, Inggris. Aku pernah mengepos satu video mereka di blog ini. Band yang vokalis dengan aksen British kentara pertama yang aku gemari. Waktu itu aku sedang iseng-iseng mendengarkan musik di situs YouTube, dan biasalah, banyak featured videos atau related ones yang terdaftar di samping video yang sedang kutonton saat itu. Lalu, kulihat ada Enter Shikari - Arguing with Thermometers. Saat itu thumbnail video yang terlihat adalah gambar Rou (si vokalis) yang berpakaian seperti penyiar berita, lengkap dengan jas krem dan wig agak ikal dan kumis dan kacamata, semua atribut yang tidak merepresentasikan dia sama sekali. Baru beberapa hari kemudian aku tahu kalau nama tokoh si penyiar berita itu adalah Phillis McCleavland, dan aku instan menjadi penggemar musik-musik mereka. Aku sangat gandrung dengan A Flash Flood of Colours setelah mendengar singel Arguing with Thermometers. Videonya kocak dan aku menyukai half-scream di bagian chorus yang dipadukan dengan synthesizer dan semi-rap beraksen British Rou yang kental. Pokoknya mancap banget.

Tapi, layaknya semua euforia, kekagumanku sedikit-sedikit terkikis dan tergantikan oleh musik baru dari band progressive rock yang bernama letlive. Aku pertama kali mendengar letlive. (ya, dengan tanda titik) dari majalah musik rock yang dulu aku gandrungi, namanya Kerrang! (ya, dengan tanda seru). Sampai sekarang aku masih heran dengan bagaimana akuratnya dia membaca selera musikku. Dulu aku membeli majalah Kerrang! sekali-sekali untuk membaca artikel tentang Linkin Park. Pernah aku ceritakan bagaimana aku dulu terobsesi (emphasis terobsesi) dengan mereka sampai aku hapal tanggal lahir mereka dan universitas mereka? Mereka semua dulu bersekolah di perguruan tinggi, lho (kecuali mungkin Chester si vokalis). Aku sangat kagum. Kebanyakan band kekinian tidak terlalu mementingkan sekolah. Kalau aku tidak salah ingat, Mike si rapper merangkap keyboardist bersekolah di Pasadena Art University dan Brad si gitaris yang forever-bercelana-pendek-setiap-konser mengambil jurusan kedokteran di UCLA.

Sampai di mana tadi? Oh, ya, Kerrang! atau letlive.?
Anyway, Kerrang! dulu kubeli setiap ada artikel yang featuring Linkin Park. Majalah itu hanya ada di Periplus, dan notabene sangat langka. Awal-awal Periplus Balikpapan (kota tempatku tinggal) rajin menyediakan majalah K! ini, tapi lama-lama setiap aku kesana mereka tidak menyetok lagi majalah itu. Sedih :( K! ini fitur band-nya 'gue' banget. Aku heran, banyak dari band-band yang mereka tulis artikelnya adalah band yang pernah kugemari-- walaupun tidak gemar-gemar banget setidaknya aku menyukai beberapa lagu mereka. Ketika aku membaca-baca majalah K! pertama featuring Linkin Park yang kubeli, I stumbled upon those familiar faces "Lho, kok ada Disturbed?" "Lho, Slipknot?" "Lho, Foo Fighters?" "Widih, ada MCR!" "Lho, ternyata Muse konser disini tadi malam?" dsb. Layaknya majalahmereka pasti menyediakan berbagai rubrik. Ada rubrik review album, dsb, dan karena ke-familiar-anku dengan band-band yang ada di majalah itu, aku memutuskan untuk mencoba mendengarkan musik dari band-band lain yang mereka tulis artikelnya yang belum pernah kudengar sebelumnya, dan ternyata cocok. Untuk beberapa bulan aku pun menjadi penggemar letlive. yang vokalisnya menjadi urutan pertama dalam Kerrang!'s Top 100 Rock Star. Namun aku akui, list top 100 itu rubbish. Aku mendengarkan letlive. karena aku menyukai musik mereka, bukan karena vokalisnya masuk top 1. But still, K! provided me the gateway I needed to discover new favorite bands.

Termasuk Muse. Dulu aku menyukai Muse hanya beberapa lagu saja, namun seiring waktu dan 'wawasan' permusikan (dan playlistrock - alternative - genre-apasajalah-gue-suka (karena Enter Shikari sebenarnya ada dubstepnya dan letlive. itu antara rock-screamo-entahlah), dari banyaknya lagu yang headbang-able aku membutuhkan sepercik oase Muse yang tidak terlalu keras, dengan vokalis yang suaranya yahud abis (Matt can I have your voice pls), dan musik yang unik. Saat inipun aku masih menyukai Muse walaupun letlive. dan Enter Shikari sudah lama tidak kudengarkan. Aku mengerti mengapa mereka menjadi mainstream. Memang mereka lovable, and their music is timeless. Aku sendiri sedang mendengarkan album keempat mereka Black Holes and Revelations sembari menulis ini. No kidding, it's a freaking masterpiece.

Aku sempat mencari-cari drum cover lagu-lagu mereka di YouTube, dan memang album ini yang drumnya paling asyik. Bahkan aku sempat berpikir untuk membangunkan mimpi lamaku untuk belajar bermain drum, setelah lama hiatus dari pelajaran gitar klasik yang notabene sudah terlupakan. Tetapi untuk apa? Belajar agar bisa dilupakan lagi? Jujur, aku sangat tempted untuk belajar drum. Dulu 'pelajaran' gitar klasikku sebenarnya berawal dari niatku ingin bisa memainkan lagu-lagu band favoritku, dan aku mengatakan hal itu kepada ibuku. Beliau setuju, dan mencarikan guru. Lalu, kebetulan ternyata guru gitar adalah guru gitar klasik, dan seiring waktu aku menyadari... I don't fit for classical guitars. Persetujuan akan pelajaran gitar klasik itu didasari oleh paradigma bahwa karena lagu klasik itu lebih sulit, ketika aku mahir, aku akan lebih mudah mempelajari lagi rock yang cuma main kunci. Tapi aku sadar, sebenarnya aku tidak ingin menjadi pro, aku hanya ingin mencari kesenangan dengan genjreng-genjreng lagu-lagu rock, bukan mempelajari Romance D'Amor atau Song for Renny :(

Akhirnya hingga sekarang skill gitarku menjadi sangat rusty sampai pada keadaan dimana aku menjadi asing dengan kunci gitar. Dan aku masih buta nada. Aku merasa sangat sedih dan tidak berguna. Aku duduk disini mendengarkan lagu-lagu keren, dengan harapan suatu hari aku bisa memainkannya dengan alat musik apapun, dengan canggih hingga orang mengetahui bahwa sebenarnya aku menyukai band-band ini hingga pada tahap aku dapat me-reenact lagu mereka. Karena ketika kau bisa bermain musik, orang akan tahu bahwa kau mengapresiasi musik. Aku mendengarkan lots of music, tapi aku tidak bisa bermain musik. Aku ingin mengapresiasi mereka yang telah mengisi hari-hariku.

Dulu aku masih punya harapan, tapi sekarang tidak. I'm rusty and useless. Yang bisa kulakukan hanyalah ini. Menulis. Hanya dengan menulis, kalian tahu kalau aku menyukai hal-hal ini. Hanya dengan ketikan di blog ini, kalian tahu semua tentangku. Scary if you think about it.

Nonetheless, menulis adalah satu-satunya hal non-akademis yang bisa kulakukan. Aku pernah menulis fanfic hingga mendapat banyak komentar dan mendapat teman dengan kegemaran sama. Aku pernah menulis blog kelas hingga aku tidak melupakan mereka dan aku berharap hari-hari itu masih ada. Aku pernah menjadikan menulis sebagai pelampiasan ketika sedang... apapun. Marah, kesal, senang, sedih, aku pernah menulis itu semua. Aku ingin membangkitkan strings of words yang dulu pernah aku kuasai hingga menjadi trademark-ku.

Aku memutuskan untuk mulai menulis lagi.

No comments:

Post a Comment